adakah Kau disana mendengar isi hatiku dan menyimaknya?
tak bisa kah Kau berbaik hati untukku dalam masalahku kali ini, masalah yang kubuat sendiri dan ternyata menyakiti orang lain, maafkan aku, tak pernah terbesit dihatiku untuk tegas menyakiti orang lain karena keberadaan dan kesalahan yang aku perbuat.
Tak bersyukur kah aku, menerima amanah Mu kali ini?
Tak bersyukur kah aku ketika ibuku mulai percaya aku bisa diandalkan?
Tak bersyukur kah aku ketika aku berada diposisi yang banyak orang lain pun menginginkannya?
Tak bersyukur kah aku atas sedikit kasih sayangMu untuk membuatku lebih dewasa?
Tak bersyukurkah aku ketika Kau berikan aku keluarga baru, penyemangat baru dan motivasi baru?
Yaa, seharusnya aku bersyukur karena congkak sekali jika aku tak berterimakasih atas semua yang telah Engkau berikan kepadaku..
Tapi,, kenapa kau beri aku satu luka yang mungkin tak akan pernah hilang mengiringi rasa syukurku kepadaMu..
Kau tau pasti dia salah satu orang terpenting dalam hidupku bahkan tepat setelah kedua orangtuaku, Kau tau pasti bagaimana aku menyayanginya, bagaimana aku benar-benar hidup ketika bersamanya, dia yang dukungannya sangat berarti setelah dukungan ibuku, dia yang kata-katanya selalu aku dengarkan walau tak selamanya ku turuti, yang senyumnya selalu membuatku tenang walau terkadang ia selalu menutupinya, yang kata-kata jailnya selalu berhasil membuatku sebal, yang kesabarannya begitu besar walau kadang ketidaksabarannya sering menutupi, yaa aku butuh dukungannya, sangat membutuhkannya.
aku cukup tau diri atas perbuatanku yang membuatnya tak mendukungku.. penyesalan hanya tinggal penyesalan, memang, semua takkan kembali seperti sebelum hal itu kulakukan.. maukah Kau memaafkan ku? Sampaikah airmata ini disana? Airmata penuh penyesalan, airmata yang hanya bisa berurai tanpa tahu harus kubagi dengan siapa selain diriMu, maafkan aku yang tak pandai bersyukur ini, maafkan aku..
Aku tak ingin ini selalu berlanjut, sebulan, dua bulan, atau bahkan setahun kedepan.. kuatkan hatiku jika memang Kau telah menakdirkan jalannya seperti ini, aku hanya ingin selalu ada disampingnya, menjadikannya pelabuhan terakhir ku, menyocokkan rusuknya dengan rusukku.
Kuatkan aku jika pada saatnya nanti aku menyerah, kuatkan aku jika pada saatnya nanti aku lupa, kuatkan aku jika pada saatnya nanti aku terbawa emosi sesaat. Kau tau aku begitu menyayanginya.
Dengan segenap perasaan bersalah.
Depok, enam februari duaribuduabelas.